Rabu, 29 April 2009

Walikota Bekasi Terlibat Kolusi

Pemberantasan korupsi di Kota Bekasi menurut beberapa kalangan mengalami kemandekan bahkan gagal. Begitulah yang tersirat dari demo para mahasiswa yang tergabung dalam Jaringan Aktivis Ganyang Korupsi (JANGKAR) yang dilakukan di depan halaman kantor Walikota Bekasi pada Jum’at (04/04/09).

Dalam demo tersebut juga terungkap bahwa Walikota melanggar UU no.34 Tahun 2004 pasal 130 ayat 2 dikarenakan memperpanjang masa jabatan Sekda Kota Bekasi H.Tjandra Utama Effendi, dimana dalam Undang-undang itu disebutkan bahwa pengangkatan maupun perpanjangan jabatan seorang Sekda harus di konsultasikan kepada Gubernur. Dalam hal ini walikota tidak berkonsultasi dengan Gubernur.

Belum lagi dengan kejanggalan-kejanggalan yang terjadi pada SK perpanjangan H.Tjandra Utama Effendi yaitu pada tanggal dibuatnya SK yaitu 9 September 2009 sedang H.Tjandra Utama Effendi masuk usia pensiun pada 2 September 2009, seharusnya SK tersebut bertanggal 2 September 2009 bukan 9 September 2009. Kesalahan yang cukup fatal dan juga menggelikan lagi jika kita mencermati dalam SK tersebut Walikota menyebutkan perpanjangan batas usia pensiun Sekda Kota Bekasi H.Tjandra Utama Effendi sampai dengan tanggal 31 April 2009, entah kalender seperti apa yang digunakan Walikota H.Mochtar Mohamad karena di kalender-kalender lain di dunia ini tidak ada tanggal 31 untuk bulan April.

Dengan fakta-fakta yang ada maka JANGKAR dalam orasinya menduga bahwa ada unsur KKN (Korupsi,Kolusi,dan Nepotisme-red) antara Walikota Bekasi H.Mochtar Mohamad dengan Sekda Kota Bekasi H.Tjandra Utama Effendi terkait dengan perpanjangan masa jabatn Sekda Kota Bekasi.

Dalam pernyataan sikapnya para Mahasiswa juga membacakan track record dari H.Tjandra Utama Effendi selama menjadi Sekda Kota Bekasi diantaranya Tjandra Utama Effendi sempat di periksa oleh Mabes Polri karena dugaan terlibat korupsi beberapa tahun lalu. Belum lagi yang masih dalam tahap penyeledikan yaitu dugaan korupsi terkait bantuan KPR untuk PNS di Kota Bekasi dari APBD senilai 4 Milyar. [Chan]

Senin, 13 April 2009

Kemenangan Politik Pencitraan

Hasil Pemilu 2009 telah dilansir oleh beberapa lembaga survai melalui quick count, unggul hingga hari ini adalah Partai Demokrat. Melihat hasil qick count layak kita simak adalah lonjakan yang luar biasa perolehan suara dari Partai Demokrat. Dengan berasumsi pada angka-angka quick count mendekati kebenaran maka kita mengupas keunggulan fenomenal Partai Demokrat yang mencapai angka 20,4%.

Informasi yang terkumpul dari berbagai daerah bahwa Caleg-caleg dari Partai Demokrat tidak berbuat ataupun berkegiatan secara masif dan signifikan di berbagai daerah. Lebih mengejutkan lagi banyak warga masyarakat tidak mengenal ataupun mengetahui caleg-caleg Partai Demokrat di daerahnya.

Prestasi kerja Partai Demokrat di parlemen juga kurang moncer, bahkan jika kita simak kinerja anggota parlemen dari partai ini tergusur oleh partai-partai besar seperti Golkar, PDIP dan yang lainnya. Bahkan pada tingkatan Opini masyarakat pun mereka jauh tertinggal, terlihat dari tidak adanya isu yang dilempar dan menarik perhatian masyarakat.

Lalu bagaimana masyarakat bisa tertarik luar biasa dan memilih Partai Demokrat menjadi partai pemenang pemilu 2009. Seperti yang banyak orang katakan, mereka memilih hanya satu alasan yaitu SBY. Factor SBY memang suatu seling point tertinggi di percaturan politik Indonesia.

Mari kita telusuri bagaimana SBY menjadi magnet raksasa yang dapat menyedot rakyat Indonesia ini. Bangunan magnet ini bukan timbul secara tiba-tiba, dimulai dengan pemberantasan korupsi oleh KPK, dengan puncaknya yaitu pemenjaraan Aluia Pohan (Besan SBY). Tindakan KPK ini langsung ditindak lanjuti oleh tim SBY dengan mengkapitalisasi media, menjelma menjadi pemberantasan korupsi yang luar biasa dan tanpa pandang bulu. Padahal realita yang ada, masih pandang bulu.

Belum lagi program-program pemerintah sesperti BLT, Raskin, PNPM, Stimulus Ekonomi, dan lainnya. Dengan pengolahan media yang luar biasa program-program tersebut menjelmakan SBY menjadi seorang sinterklas yang memberikan hadiah cash and cary kepada masyrakat. Jika kita jeli melihat program tersebut maka kita akan mendapati sesuatu yang membuat kita ternganga. Coba kita lihat BLT, itu merupakan obat penghilang rasa sakit tetapi bukan menyembuhkan penyakit yang ada di tengah masyarakat yaitu pengangguran.

Proyeksi pandangan kita coba kita lihat juga terhadap pribadi SBY, dengan pribadi yang tenang tetapi dengan sekali-sekali terekspos media sewaktu Dia memarahi bawahannya. Itu semua menjadi nilai plus di mata masyarakat yang mencitrakan bahwa SBY cukup tegas menegur anak buahnya. SBY tahu jika terlalu banyak terekspos jika Dia sedang marah maka akan kontra produkrif.

Seorang SBY juga harus rela berkantor di tenda-tenda pengungsian karena Negeri ini memang penuh Bencana Alam di sepanjang pemerintahannya. Masyarakat luas akan cukup terhibur karena pemimpinnya ikut bermalam bersama mereka, tetapi mereka tidak tahu bahawa menginapnya seorang Presiden di tenda membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Belum lagi koordinasi jalannya pemerintahan yang menjadi amburadul dan tidak effektif.

Bangunan-bangunan itu semua yang menjadikan SBY magnet raksasa untuk menarik simpati rakyat. Beberapa aktivis ketika meriung sambil ngopi mengatakan “Enak Caleg-caleg dari Partai Demokrat itu, mereka tidur saja mereka jadi”. Namun mereka semua juga sepakat bahawa fenomena yang terjadi diprediksikan adalah Buble Politic, di mana Partai Demokrat telah melembung sudah pada besar yang maksimal maka setelah itu dikwatirkan akan meledak.

Namun apapun yang terjadi di Tanah Air kita ini, kita semua wajib mensyukurinya karena Pemilu telah berjalan dengan baik walaupun banyak sekali kekurangan dan coreng-moreng di sana-sini. Tetapi jika kita selalu berdebat dan bertengkar maka kapan kita akan melangkah kedepan, bangsa lain telah sampai ke bulan kita masih ribut karena datang bulan….. [Chan]

Minggu, 12 April 2009